Menyelami Pesta Cahaya Dipavali

Menyelami Pesta Cahaya Dipavali

Deva imam uttarasmin
Jyotisi dharayantu
(Atharva Veda 1.9.1)

“Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa menempatkan umat manusia dalam naungan Sinar Suci Jyoti yang Utama.”

Mantra dari Atharva Veda di atas mendoakan serta memohonkan ke hadapan Tuhan agar umat manusia selalu diizinkan berada dalam naungan sinar suci Jyoti yang penuh dengan kemuliaan. Juga didoakan agar manusia dikaruniai sinar Jyoti cemerlang dari segala arah (asya devah pradisi jyotir astu) yang memberikan segala jenis kemuliaan lahir batin, material spiritual kepada umat manusia.

Jyotisa adalah Dipa, lampu suci atau sinar suci penerang kegelapan. Kini umat Hindu Dharma di Nusantara mulai diperkenalkan tentang perayaan lampu suci Dipa yang dinamakan Dipavali. Selamat bagi umat yang merayakannya. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa mengaruniai segala jenis kecemerlangan dalam hidup.

Dipavali (baca: Dipawali) atau Divali pada awalnya hanya dirayakan oleh umat Hindu dharma di India, khususnya di India Utara. Namun sekarang, perayaan Dipavali sudah mendunia. Orang-orang di seluruh dunia yang non-Hindu pun ikut merayakannya.

Dipavali adalah festival cahaya Lampu Suci Dipa atau Dipaka yaitu lampu yang dibuat dari plintiran kapas dan minyak. Pada umumnya dipergunakan minyak ghee (minyak yang dibuat dari susu sapi). Jika tidak tersedia minyak ghee barulah orang menggunakan minyak nabati lainnya.

Asal usul yang melatarbelakangi festival Dipavali pada umumnya lebih banyak menyebutkan kembalinya Sri Rama dari pengasingannya ke Ayodhya setelah mengalahkan Ravana. Para penduduk yang merindukan rajanya segera membersihkan rumah, jalan dan lain-lain lalu pada malam hari menghiasi rumahnya dengan menyalakan lampu dipa.

Terdapat pula beberapa cerita latar belakang lainnya; pada hari yang diperingati ini diyakini Dewi Laksmi muncul dari pemutaran Mandaragiri yang dilakukan oleh para Dewa dan Asura, tepatnya pada Tilem di bulan suci Kartika. Oleh karena itulah, pada hari Dipavali ini yang paling utama dipuja adalah Devi Laksmi dan Ganesha. Pemujaan Ganesha dilakukan karena Ganesha sebagai Vighnesvara, yaitu Dewa yang menghalau segala halangan.

Pada Tilem bulan Kartika Dewi Laksmi diselamatkan oleh Dewa Visnu dari tangan seorang raja sangat sakti bernama Bali. Hari Tilem bulan Kartika juga diyakini Krsna membunuh Narakasura. Pandava kembali dari pengasingannya pada Tilem bulan Kartika juga diyakini sebagai latar belakang peringatan Dipavali. Cerita lain menyebutkan Raja Vikramaditya di-abhisheka sebagai rajadhiraja pada hari yang sama. Sedangkan menurut agama Jaina, Mahavira Tirthakara mencapai moksa pada Tilem bulan Kartika, dan banyak lagi cerita lain yang merupakan asal usul festival Dipavali.

Rama kembali ke Ayodhya, Pandava kembali dari pengasingan, Krsna membunuh Narakasura, dan Visnu menyelamatkan Dewi Laksmi dari Raja Bali, – menyebabkan Dipavali disebut sebagai hari kemenangan atau Vijaya Dashami. Hal ini pula menyebabkan beberapa tokoh Hindu Dharma di tanah air menghubung-hubungkan Dipavali dengan pearayaan Galungan dan Kuningan sebagai hari kemenangan Dharma (kebenaran) melawan adharma (kejahatan).

Festival Dipavali dirayakan selama lima hari berturut-turut: (1). Dhanteras: hari ini dilakukan pemujaan terhadap Kubera, dewa kekayaan. Umat memohon kesejahteraan dan rejeki yang baik. (2). Coudas: memohon dijauhkan dari kemiskinan, kegagalan, keputusan, dan lain-lain. (3). Dipavali: memuja Ganesha dan Dewi Laksmi dengan membersihkan serta menghias rumah dengan lampu dipaka. (4). Govardhan Puja: Dewa penguasa bukit suci Govardhan dimohonkan agar mengarunia keluarga dengan segala kesejahteraan, kedamaian dan kebahagiaan. (5). Bhai Duja: bersembahyang demi hubungan cinta kasih yang semakin erat antara saudara laki-perempuan Hari ini, saudara perempuan mendoakan dan memasangkan Tilaka pada kening saudara lakinya.

Sebelum perayaan Dipavali, biasanya orang membersihkan rumah dengan baik. Pada hari Dipavali tidak ada rumah yang tidak diterangi lampu dipaka. Seluruh jalan dihiasi dengan lampu dipaka berwarna-warni. Ada doa bagus yang disampaikan dalam menyambut Dipavali, sakalam timiran hantu prajnalokam tanotu vah bhuyad-dipotsavah so’yam sarva manggala-karakah, yang artinya “diterangi oleh sinar indah cemerlang dari lampu-lampu dipa, semoga Dipavali ini memberikan karunia dan kesejahteraan dalam hidup anda”.

Perihal Dhanteras terdapat cerita sebagai berikut: tersebutlah seorang raja bernama Raja Hima. Raja Hima mempunyai seorang putra yang ketika lahir peramal mengatakan bahwa putra raja akan meninggal dipatuk ular pada hari keempat pernikahannya. Ketika berusia 16 tahun putra mahkota dinikahkan dengan seorang gadis cantik pemuja Dewi Laksmi. Ia tahu ramalan tersebut. Pada hari keempat pernikahannya, ia menjaga suaminya dengan baik, begadang sambil menyanyi atau menyampaikan cerita kepada semuanya.

Seluruh rumah dibersihkan, jalan yang kemungkinan akan dilewati oleh luar dibersihkan dengan batik dan ditaburkan uang emas dan perhiasan-perhiasan berharga. Tepat waktu ramalan, utusan Dewa Yama datang dalam wujud ular berbisa. Ular mencoba memasuki kamar putra raja, tetapi matanya menjadi silau karena ruangan terang benderang. Ular mencari jalan lain, akhirnya sampai pada tumpukan koin-koin emas dan terpaku di sana sambil mendengarkan nyanyian istri putra mahkota sampai pagi. Waktu ramalan sudah habis, maka ular utusan Dewa Yama, kembali ke tempat. Putra mahkota selamat dari kematiannya. Kejadian itu diyakini terjadi pada hari Dhanateras.

Kini penerimaan perayaan Dipavali sudah mendunia. Perdana Menteri Inggris, Theresa May menyampaikan sambutan khusus tentang Dipavali,”I am delighted to send my very best wishes to everyone celebrating Diwali.” PM Inggris memuji keutamaan Dipavali sebagai sinar terang yang menghalau kegelapan dan menegaskan sebagai perayaan untuk semua, “But the festival of lights isn’t just relevant to Hindus, Jains, Sikhs, and Buddhists, it is relevant to all of us, those of all faiths and none.” PM juga mengimbau semua untuk belajar dari contoh cara hidup yang diberikan oleh Shri Rama (we can all learn from the example set by Lord Rama). Lima hari perayaan Dipavali memperingati kembalinya Shri Rama ke Ayodhya yang mengajarkan kita pembentukan keluarga dan masyarakat yang kuat untuk mengambil jalan lurus serta menjauhkan perbuatan-perbuatan yang tidak baik.

Amerika untuk pertama kalinya mengadakan acara peringatan Dipavali di Gedung Putih. Presiden Trump mengatakan dengan bangga memperingati hari Dipavali di Gedung Putih, “Today, we proudly celebrate this holiday in the people’s house”.

Barangkali sedikit disayangkan bahwa di tengah-tengah kehangatan dan kemeriahan dunia menyambut hari Dipavali ternyata umat di tanah air agak “terlambat” menerima informasi tentang perayaan Dipavali ini. Sosialisasi dari lembaga dan pejabat terkait berangkali belum terlaksana secara maksimal. Tentu saja tahun-tahun berikutnya umat dapat menerima perayaan Dipavali sebagai bagian dari Hindu Dharma walaupun tidak harus ikut merayakannya.

Oleh: Darmayasa
Source: Koran Bali Post, Minggu Kliwon, 22 Oktober 2017

Previous Penerapan Asta Bratha dalam Mencetak Pemimpin Hindu Modern

Sekretariat Pusat

Jalan Anggrek Neli Murni No.3, Kemanggisan, Kec. Palmerah, Kota Jakarta Barat, DKI Jakarta, 11480.

Senin – Jumat: 08:00 – 18:00

Didukung oleh

Ayo Berdana Punia

Tim IT PHDI Pusat © 2022. All Rights Reserved