Jakarta – Sekitar dua bulan lalu, Ketua Sabha Walaka PHDI Pusat Dr. Ir. I Ketut Puspa Adnyana, MTP menelepon Sekretaris Umum Pengurus Harian PHDI Pusat I Ketut Budia, S.T., M.M. Ketua Sabha Walaka menyampaikan rencana untuk melakukan kunjungan ke Komplek Rumah Ibadan IKN. Terlebih mejelis-mejelis agama yang lain sudah melakukan kunjungan sebelumnya.
“Pak Sekum, majelis-majelis agama lain sudah berkunjung ke Kompleks Rumah Ibadah di IKN, rasanya kita juga perlu meninjau langsung posisi pura kita. Terutama mengingat posisi pura sempat diwacanakan dipindah”.
I Ketut Budiasa mengakui bahwa PHDI Pusat sampai berkirim surat ke pihak-pihalk terkait untuk mengusahakan posisi Pura. PHDI Pusat juga beberapa kali rapat dengan berbagai pihak, agar mendapatkan lokasi terbaik untuk Pura di Kompleks Rumah ibadah IKN. Berbeda dengan rumah ibadah lain, pembangunan Pura membutuhkan banyak prasyarat seperti lokasi, ketinggian, kontur, dll. Bersyukur, berkat kerjasama semua pihak akhirnya umat Hindu mendapatkan posisi Pura yang ideal.
I Ketut Budiasa mengatakan bahwa usulan dan rencana yang disampaikan Ketua Sabha Walaka merupakan titah unuk dilaksanakan. “Sesuatu yang wajib saya usahakan”, ujarnya. Dalam upaya mewujudkan rencana tersebut, diakui I Ketut Budiasa, mendapat dukungan dan support yang luar biasa dari berbagai pihak. Terutama upaya yang dilakukan Ketua Bidang Organisasi Pengurus Harian PHDI Pusat D. Sures Kumar, S.Ag., M.Fil.H.
“Selalu ada orang-orang baik dan hebat yang hadir membantu sehingga maksud tersebut dapat terwujud. Ketua Bidang Organisasi PHDI Pusat, Dippumurti Sures Kumar menbukakan jalan. Sayapun segera menghubungi Dharma Adhyaksa, Ketua Sabha Walaka, dan tentu saja Ketua Umum Pengurus Harian untuk menetapkan hari H kunjungan sekaligus merencanakan detail kegiatan. Semua berjalan lancar,” jelasnya.
Bahkan dalam waktu yang sangat mepet pun, kata I Ketut Budiasa, ia berusaha untuk mengikuti usulan salah satu Pimpinan Ormas Hindu Nasional untuk melibatkan para stakeholder dan Pimpinan Ormas Hindu Nasionla lainnya. “Maka saya segera meminta sekretariat mengundang pimpinan-pimpinan Ormas Hindu Tingkat Nasional untuk ikut serta. Semua berkoordinasi, saling mendukung, dan bersemangat mengukir sejarah di IKN: matur piuning dan nuasen karya di lahan 2 (dua) hektar di kawasan ring 1 IKN dimana akan dibangun Pura”.
Berikut adalah catatan ekslusif, I Ketut Budiasa, Sekretaris Umum Pengurus Harian PHDI Pusat:
Demikianlah, tanggal 6 Agustus 2023 kami semua berangkat dari domisili masing-masing ke Balikpapan. Dharma Adhyaksa dari Bali, Ketua Sabha Walaka dari Kendari, Ketua Umum Pengurus Harian, Koordinator Stafsus Presiden, Dirjen Bimas Hindu, Ketua Umum Ormas-Ormas Hindu dan saya berangkat dari Jakarta. Dedikasi dan kerja keras tokoh-tokoh di Balikpapan, Samarinda, dan Penajam Paser Utara (PPU) membuat segalanya menjadi lebih mudah dan berjalan lancar.
Malam pertama di Balikpapan, kami melaksanakan persembahyangan bersama dan simakrama di Pura Giri Jaya Natha, lanjut makan malam. Sungguh suasana kekeluargaan dan sambutan hangat yang luar biasa. Sebuah hambatan yang sempat muncul mengenai bagaimana menemukan titik areal pura diantara ratusan ribu hektar wilayah IKN teratasi berkat relasi Ketua Umum dengan institusi setempat. “Tenang, Bapak. Besok pagi sebelum Bapak sampai disana, kami sudah duluan menancapkan tanda di titik koordinat yang Bapak sampaikan”, katanya sangat yakin.
Tanggal 7 Agustus pagi, kami semua berangkat ke Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, dimana geliat pembangunan IKN tak pernah berhenti. Rombongan PHDI Kalimantan Timur, Kota Samarinda, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Grogot dan Kutai Kartanegara juga bergerak ke titik yang sama membawa bale pawedan, sanggah surya, dan berbagai sarana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan ritual.
Menjelang jam 11 siang waktu setempat, kami mulai prosesi matur piuning dan nuasen karya, dipuput langsung oleh Dharma Adhyaksa Ida Pedanda Gde Nabe Bang Buruan Manuaba. Setelah melantunkan doa-doa, kidung-kidung, Tri Sandya, dan Panca Sembah, kami melakukan penanaman pohon.
Waktu mendekati pukul 13:00 ketika semua prosesi selesai dan kami bersiap meninggalkan lokasi. Sebelum melangkahkan kaki, tiba-tiba saya ingin sekali menoleh ke belakang, memandangi sekali lagi kawasan yang dipersiapkan untuk Pura ini. Pikiran saya menerawang: daerah ini tidak hanya istimewa karena akan menjadi Ibu Kota Negara, tetapi bagi kita, Hindu, ia memiliki nilai yang jauh lebih penting karena adanya ikatan sejarah. Persis di titik yang dipilih sebagai Ibu Kota Negara ini — diantara sekian panjang dan luas bentang Nusantara — dahulu berdiri Kerajaan Hindu tertua, Kutai. Membayangkan disini nanti akan berdiri pura yang anggun dan megah, saya merasakan getaran dan sensasi yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Setelah sekian ratus tahun Dharma seolah pergi, kini semesta mempersiapkannya untuk kembali. Kembali ke rumah, kembali ke “gumi wayah”, dimana dahulu kala, ribuan tahun yang lalu, leluhur kita mendirikan ibu kota kerajaan yang menjadi salah satu tonggak penting dalam perjalanan sejarah dan peradaban nusantara.
Bukankah sesuatu yang luar biasa, ketika kini di abad 21, kami mendirikan bale pawedan dan sanggah surya serta melantunkan doa-doa dan puja-puja disini?
Bila saatnya Dharma kembali, ia akan kembali. Dharmo raksati rakshitah.
Catatan Eksklusif, I Ketut Budiasa, Sekretaris Umum Pengurus Harian PHDI Pusat