Vimsat bhujam dasa-grivam
Darsaniyam paricchadam
Visala-vaksanam viram
Raja-laksmana laksitam
(Va. Ra. 3.32.8)
“Lankadhipati Ravana mempunyai 20 lengan, 10 muka, dada yang lebar,
yang mempunyai segala kemegahan seperti Deva Indra di Surga,
seorang kstaria gagah perkasa yang dipenuhi oleh segala ciri-ciri seorang raja besar”
Raja lanka (Lengka, Alengka) Ravana dalam sloka di atas disebutkan sebagai seorang raja yang sangat gagah perkasa. Ia terlahir dari Rsi Visrama dengan istrinya Dewi Kaikesi. Ravana mempunyai vimsat bhuja atau 20 lengan (lawan bahu rwang puluh), memiliki kekuatan dan kesaktian yang bahkan para dewa pun mengalami kesulitan untuk menghadapinya, apalagi mengalahkannya. Untuk itu, Tuhan sendiri harus ber-avatara ke dunia untuk membasmi kejahatan Ravana.
Selain kegagahan, dada yang lebar dan kekar serta kesaktiannya yang sangat luar biasa, Ravana juga dinamakan Dasanana atau Dasamukha karena ia disebutkan mempuanyai 10 muka. Apakah sebenarnya rahasia dibalik sebutan Dasanana, Dasagriva atau Dasamukha tersebut?
Setiap perayaan bernama Vijayadasami yang merupakan perayaan untuk memperingati hari Sri Rama membunuh raja raksasa Ravana, upacara ditutup dengan membakar “ogoh-ogoh Ravana, Kumbhakarna dan Meghanada”. Vijayadasami dirayakan sebagai kemenangan dharma (kebenaran) melawan adharma (kejahatan). Pada upacara tersebut Ravana dibuatkan ogoh-ogoh berkepala sepuluh. Pembakaran 10 kepala ternyata membawa pesan sangat mendalam.
Banyak yang mengatakan bahwa Ravana sangat menyayangi adiknya, Minaksi yang lebih terkenal dengan sebutan Surpanakha. Ravana membunuh suami adiknya. Karena itulah Surpanakha membalas demdan dengan cara membuat Ravana menculik Dewi Sita sehingga menyebabkan kehancurannya.
Ravana berperang dengan Raja bernama Kalakeya yang mempunyai seorang Senapati sakti bernama Vidyutjihva. Senapati ini adalah suami dari Surpanakha, adik Ravana. Dari perkawinannnya dengan Vidyutjihva, Surpanakha melahirkan anak diberinama Sambhri. Dalam peperangan tersebut Ravana membunuh Vidyutjihva. Surpanakha merasa sakit hati atas kematian suaminya. Ia bertekad untuk membalas dendam kepada kakaknya, Ravana. Melihat kecantikan Dewi Sita yang luar biasa, Surpanakha memanfaatkannya untuk membalaskan kematian suaminya. Ia pun menceritakan kecantikan Dewi Sita kepada Ravana dengan harapan ia akan mengganggu Dewi Sita dan pada akhirnya ia akan berhadapan dengan Sri Rama. Surpanakha mengetahui bahwa hanya Rama yang bisa mengalahkan Ravana.
Cerita lain menyebutkan bahwa suami Surpanakha bernama Dustabuddhi merupakan seorang pejabat penting di kerajaan Lankapura, kerajaan Ravana. Namun karena tidak memuaskan keinginan Ravana maka Ravana membunuhnya. Dewi Surpanakha yang sangat mencintai suaminya lalu mengutuk Ravana bahwa ia akan mengalami kehancuran melalui kesedihan seorang wanita.
Ravana tidak pernah menyentuh wanita tanpa kemauannya, termasuk pula terhadap Dewi Sita, karena mendapat kutukan dari Nalakuvera bahwa jika Ravana memaksa wanita di luar kemauannya, atau jika Ravana menyimpan/menyembunyikannya di istananya maka kepala Ravana akan hancur berkeping-keping menjadi seratus. Itulah alas an mengapa Ravana tidak pernah berani menyentuh Dewi Sita tanpa kemauannya, dan juga ia tidak menempatkan Sita diistana Lanka melainkan di taman Asoka.
Ravana memang sangat sakti sehingga banyak yang berpendapat bahwa Ravana tidak pernah terkalahkan oleh siapa pun sampai pada akhirnya Rama mengalahkannya. Namun, dalam kenyataannya, beberapa kali Ravana pernah mengalami kekalahan memalukan; Raja Mahismati Kartavirya Arjuna, Dewa Siwa, Maharaja Bali, dan Raja kera saudara dari Sugriva, Bali.
Kehebatan Ravana diiringi oleh kehebatannya memiliki 10 muka/kepala. 10 kepala merupakan symbol Ravana menguasai 4 Veda dan 6 Sastra (4+6=10). 4 Veda adalah Catur Veda, yaitu Rg, Sama, Yajur, dan Atharva Veda. Sedangkan Sad-angga Veda adalah Siksa, Kalpa, Vyakarana, Jyotisa, Nirukta, dan Chandra Sastra.
Ravana sebagai Dasanana, Dasamukha, Dasagriva juga merupakan simbol dari kemampuan luar biasa Ravana dalam menguasai 64 jenis pengetahuan dan seni (6+4=10). Bahkan Ravana dikenal sebagai Maestro alas music Vina. Ilmu-ilmu sangat khusus yang sangat sulit dikuasai orang, Ravana justru menjadi ahlinya. Ia juga dikenal menguasai berbagai jenis ilmu Tantra seperti Kumara Tantra, Indrajala, dan lain-lain. Ia juga menguasai serta mengulas Veda, kemampuan yang bahkan tidak dilakukan oleh para pendeta dan sarjana Veda. Ravana dikenal ahli Yajur Veda, menulis ulasan tentang Rg Veda (Rg Veda Bhasya) dan atas namanya sendiri juga ada dikenal karya hebat bernama Ravana Samhita. Dan akhirnya karya Ravana yang sangat terkenal adala Siva Tandava Stotra. Karya ini merupakan pujian terhadap Deva Siva yang dinyanyikan langsung oleh Ravana ketika ia tidak mampu menyelamatkan dirinya dari Siva. Siva Tandava Stotra ini juga sekarang dinyanyikan setiap hari sebelum Ganga Arati (pemujaan Dewi Ganga dengan api suci) di Varanasi, India.
Ravana mempunya kehebatan, kekuatan, kesaktian, keterpelajaran super, dan lain-lain kehebatan, namun di saat yang sama dalam hampir keseluruhan 18 Purana dan Itihasa (Ramayana dan Mahabharata) ia dikedepankan sebagai tokoh “anti-hero”. Kehebatan versus kejahatan ini ditunjukkan oleh keberadaan orang tua Ravana, yaitu Resi Visrava dengan putri raksasa, Dewi Kaikesi. Dari ayah Ravana mendapatkan segala kehebatan pengetahuan tetapi dari ibunya ia membawa “darah raksasa” sehingga ia dikenal sebagai Dasamukha, raja hebat berkepala sepuluh.
Kesepuluh kepala Ravana merupakan simbol dari berbagai sifat jahat yang merupakan musuh berbahaya bagi manusia yang dikenal dengan istilah Sadripu, dan beberapa hal yang jika dikendalikan dengan baik, bisa menjadi kawan yang sangat baik, sedangkan jika tidak dikontrol maka ia dapat menjadi musuh yang sangat berbahaya.
Dasamukha (10 kepala) menunjukkan: 1. Kama (hawa nafsu dan ribuan jenis keinginannya), 2. Kroddha (kemarahan), 3. Lobha (rakus, loba), 4. Moha (kebingunan, khayalan), 5. Mada (kemabukan), 6. Matsarya (iri hati), 7. Manah (pikiran), 8. Buddhi (kecerdasan), 9. Citta (cipta-rasa), dan 10. Ahamkara (keakuan palsu). Pada kutipan sloka di atas Ravana disebutkan mempunyai berbagai kehebatan, kegagahan (visala-vaksasam) dan keperwiraan (vira), memiliki 20 kaki, 20 kepala, dan bahkan kitab Naradiya Jaimini Ramayana, raja sakti Ravana disebutkan memiliki 4 kaki (dasasyam vimsati bhujam bhinnanjanayamopamam padaih catur ati-ugram).
Dasamukha menunjukkan Ravana mempunyai 10 muka. Kata dasa berarti sepuluh, dan mukha yang berarti muka, menunjuk pada arah mata angina. Ilmu Dasa-disa merupakan merupakan ilmu rahasia spiritual yang tidak sembarang orang bisa menguasainya. Barangkali beberapa praktisi spiritual mengetahuinya namun tidak semua berhasil menguasai ilmu rahasia tersebut. Dasamukha atau kepala sepuluh juga menunjukkan Ravana menguasai ilmu spiritual sangat rahasia lainnya yang bernama Dasa-mahavidya. Ravana sungguh-sungguh sangat hebat dalam segala hal. Namun, ia juga hebat dalam 10 muka yang lain, yaitu Sad-ripu, yaitu hawa nafsu dan ribuan jenis keinginan, loba, kemarahan dan lain-lain, ditambah kealpaannya mengendalikan pikiran, kecerdasan, ciptarasa dan keakuan palsu.
Manusia, sehebat apa pun, baik dalam harta, kekuatan, kekuasaan, jabatan, sakti, dan lain-lain, jika ia tidak mengadakan control yang baik serta mempergunakan segala jenis kehebatan yang dimiliki dalam arah yang benar, tetap dan “menjanjikan” tujuan hidup moksa-artham (tujuan pembebasan abadi) jagat jagat-hita-karana (tujuan kesejahteraan hidup material), maka segala kehebatan tersebut secara pasti akan menghancurkan pemiliknya. Ravana bukan siapa melainkan sebuah pesan peringatan keras bagi setiap insan manusia. Orang hendaknya tidak membiarkan dirinya diporakporandakan hanya oleh pencapaian-pencapaian kecil. Tidak ada yang patut dibanggakan hanya dengan memiliki gelar, jabatan, pengetahuan, harta dan lain-lain jika “sepuluh kepala Ravana” yang menguasai kepala kita. Karena, hanya kehancuran diri yang mengganggu sebagaimana Ravana dengan mudah menerima seluruh kehancuran (svasya sambalam nasam svikaroti).
Pada diri Sri Rama yang bahkan dalam segala hal memiliki kehebatan berlipat-lipat kalih lebih dari Ravana, namun Rama tetap menjadi contoh di jalan dharma, walau harus mengorbankan tahta, keluarga, istri, saudara, dan bahkan dirinya sendiri, namun Rama tetap ajeg dalam jalan dharma. Dalam diri Rama segala pengetahuan dan kehebatan memberikan ketundukan hati (vidya dadati vinayam), hal yang sebaliknya pada diri Ravana.
Oleh: Darmayasa
Source: Koran Bali Post, Minggu Umanis 8 Oktober 2017